Oleh karena itu, pribadi bertaqwa yang memegang nilai keislamannya akan senantiasa berusaha agar diri dan orang yang ada disekitarnya mendapatkan rasa aman, meraih kesejahteraan, dan memperbaikai kualitas ibadahnya kepada Allah swt. semua harapan ini akan tercapai dengan adanya “Semangat Kebersamaan “
Mayoritas redaksi perintah yang ada dalam al-qur`an, menggunakan kata jama` bukan perintah kepadamu -satu orang- tapi kepada kalian-orang banyak- , hal ini mengisyaratkan perlunya kebersamaan dalam menunaikan perintah Allah swt. Ibadah-ibadah yang disyariatkan kebanyakan juga mengajak umat ini agar mampu melahirkan dalam diri mereka semangat kebersamaan.
Lihat saja, shalat lima waktu kita, ibadah ini akan lebih baik jika dilakukan dengan kebersamaan jama`ah, bahkan di”iming-imingi “ dengan pahala 27 X lipat dari shalat yang dilakukan dengan sendiri-sendiri. Puasa, bukankan ibadah ini mengkondisikan kita untuk merasakan kebersamaan rasa, kebersamaan dalam berjuang mengalahkan hawa nafsu, bersabar bersama menuanikan sekian banyak ibadah sunah yang ada di dalamnya.
betapa tegas Firman Allah berikut ini :
وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآَتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
"Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan rukuklah bersama orang orang yang ruku” (QS. Al-Baqarah/2:43)Rukuklah bersama orang-orang yang ruku`, sungguh sebuah kebersamaan..Demikianlah syariat Islam yang Allah ridhai ini, turun sebagai rahmat bagi semesta rayaDan salah satu rahmatnya adalah bahwa agama ini sejak dini mengajak pengikutnya untuk memiliki semangat kebersamaan yang tinggi.
Dalam sebuah hadits dengan sangat tegas dikatakan,
فَإِنَّ الْبَرَكَةَ مَعَ الْجَمَاعَةِ
"Maka sesungguhnya keberkahan itu bersama –kebersamaan-jamaah “(HR.Ibnu Majah)Keberkahan berarti bertambahnya kebaikan, maka dengan kebersamaan akan melahirkan, bahkan melipatgandakan kebaikan. Bukan sekedar kebersamaan..Tentunya yang diharapkan bukanlah sekedar semangat kebersamaan, bersama dalam segala hal ..tentunya kebersamaan dalam kebaikan bukan sebaliknya, Allah SWT. Berfir`man :
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
"Saling tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan taqwa, dan jangan kalian saling bahu membahu dalam dosa dan permusuhan“(QS. Al-maidah/5 :2) Memang tidak asal kebersamaan , melainkan kebersamaan dalam kebaikan, kebersamaan yang akan melahirkan kebaikan..
Hadirin sekalian yang dirahmati Allah..
Minimal dalam beberapa hal berikut inilah kebersamaan itu mesti terwujud:
Pada dasarnya yang ma`ruf adalah sesuatu yang dikenal baik oleh fitrah manusia, seperti ; menghormati yang lebih tua, menyanyangi yang lebih muda, memuliakan tamu, gotong-royong, menjaga kebersian lingkungan, merawat kebersian sumber air, silaturrahim, menbantu yang tidak mampu, menjenguk tetangga yang sedang sakit dan masih banyak lagi nilai kebaikan yang dikenal manusia. apalagi yang dikuatkan dengan dalil-dalil agama. Semua ini perlu dukungan semangat kebersamaan yang tinggi agar budaya mangajak dan memberi contoh kepada yang ma`ruf menjadi sesuatu yang indah dan mudah dilakukan, sehingga dampak baiknya akan lebih cepat dirasakan oleh banyak orang.
Kedua :Bersama dalam menghilangkan, mengikis dan mengurangi kemungkaran Pada dasarnya yang disebut dengan sesuatu yang mungkar adalah yang diingkari kebanyakan manusia, lebih tegas lagi, apa yang tidak Allah dan rasul-NYA ridhai, seperti ; mabuk-mabukan, mencuri, dusta, menghina dan merendahkan orang lain, berselingkuh, sombong, tidak mentaati peraturan,tidak peduli dengan sesame, kesemuanya termasuk kategori mungkar ..
Batapa indahnya sebuah komunitas masyarakat yang tinggal disuatu tempat, mereka tidak hanya bersama menumbuhkan kebaikan tapi juga bersama mengikis kemungkaran. Banyangkan, kalau saja membagun masyarakat kearah yang lebih baik, diibaratkan seperti membangun bangunan rumah, ada bagitu banyak orang bahu-membahu medirikan pilar, membuat dinding, merapikan atap rumah, semua bekerja dengan baik. namun ada orang yang dibiarkan melobangi tembok, merusak, mencongkel bata-bata pilar, apa jadinya bagunan tersebut jika orang itu dibiarkan. Begitupula yang terjadi pada masyarakat kita ketika ada ketidakbaikan dibiarkan saja. Rasulullah SAW mengibaratkan mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan satu tubuh. Atau bagai bangunan yang satu bagian dengan bagian lainnya saling menguatkan.
Ketiga : Bersama dalam menjaga dan memupuk keimanan
Iman yang kita miliki bersifat fluktuatif, kadang naik, kadang turun. Ketika iman seseorang sedang turun maka potensinya untuk berbuat keburukan sedang meningkat, baik keburukan yang langsung berdampak kepada orang lain atau yang berdampak pada dirinya namun akan secara perlahan mengimbas kepada masyarakat. Sebaliknya ketika keimanan sedang memuncak maka dorongan berbuat baik yang ada pada dirinya juga sedang mencapai puncaknya. Maka beruntunglah komunitas yang bisa saling bahu membahu dalam menjaga kestabilan iman sesama anggota manyarakatnya.
Keempat :Bersama saling mendoakan demi kebaikan sesama.
Sesungguhnya tanpa sadar, ketika kita meng’amin’kan doa khotib pada tiap jum`at, kita sedang saling mendoakan sesama kita , ambil saja contoh ;
“ Allahumaghfir lilmukminiina wal mukminaat …” yaa Allah ampunilah dosa orang-orang beriman baik lali-laki maupun perempuan…” bukankah kita sedang saling mendoakan..? Betapa indah kalo dirumah-rumah kita, dimalam ketika kita bertahajjud, berdoa, bermunajat kepada-NYA, kita
sebut juga beberapa nama untuk kita doakan, para guru medoakan kebaikan
untuk murid-muridnya, dosen kepada para mahasiswanya begitu pula
sebaliknya, masyarakat kepada pejabat dan sebaliknya, generasi tua
kepada yang muda, yang muda kepada yang tua, tampa masing-masing memberi tahu. insyaAllah,
dengan ini lebih mudah tercipta keharmonisan hubungan. Karena salah
satu hadiah terbaik dari seorang mukmin kepada saudaranya adalah ketika
ia mendoakannya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan. Kelima : Bersama dalam memupuk empati sosial .
Oleh karena hidup ini adalah ujian, maka akan ada saja yang menimpa seseorang, yang kadang membuatnya harus bersabar menghadapinya, kesulitan, kesedihan, kehilangan, yang seringkali hal demikian ini dapat mengoyahkan iman seseorang. Perasaan tertindih masalah berat, kebutuhan mendesak, kadang mendorong orang berani melakukan tindakan kekufuran.
Bukankah agama kita juga yang mengajarkan “ Agar jangan sampai ada asap mengepul dirumah dimana sedang ada musibah kematian” bukan berarti anggota keluarga tidak boleh memasak, tetapi itu adalah pesan agar para tetangganya tidak membiarkan yang sedang ditimpa musibah kematian masih disibukkan dengan urusan menyediakan makanan, maka tetangga dianjurkan memberikan makanan kepadanya. Sebagai bagian dari ta`ziyah yang akan meringankan kesedihannya, menbantunya untuk lebih bersabar mensikapi musibah yang sedang menimpanya.
Bukankan Rasulullah saw yang mengajarkan, ketika seseorang meludah agar setelah itu ia menimbunnya dengan tanah, bukankah Rasulullah saw yang memberitakan ada seorang wanita yang masuk neraka gara-gara mengurung seekor kucing, tidak diberi makan dan tidak dibiarkan mencari makan sendiri.? Sebaliknya beliau pula yang menghabarkam adanya seseorang yang masuk syurga karena dengan ikhhlasnya ia turun kedalam sumur dan mengambil air dengan sepatunya untuk minum anjing yang sedang sangat kehausan..?Betapa agama ini mengajarkan bagaimana bersikap kepada lingkungan.
Hadirin sekalian yang dirahmati Allah..Bagaimana melejitkan semangat kebersamaan itu..?
Pertama :Ibda` binafsik ; mulailah dari diri kita sendiri,
bisa jadi engkaulah yang mendapat gelar pahlawan disisi-NYA, pahlawan yang memulai perbaikan pada masyarakatnya. Tentunya kita masih teringat ,Kisah secawan madu, kisah orang-orang yang tidak mau memulai dan hanya mengandalkan orang lain yang akan melakukan kebaikan itu, namun ternyata tak satupun yang melakukanya. Ah ..Cuma bungkus rokok ini… Cuma botol aqua…Cuma aku yang membuangnya pasti takkan mengotori…toh yang lain tidak melakukanya …andai semua berfikir sama rusaklah masyarakat ini… maka mulailah dari diri kita..
Kedua, Jadikan amanah jabatan sebagai sarana.Jabatan adalah amanah, tugas yang menuntut pertanggungjawaban, namun pada waktu yang sama ia merupakan kesempatan yang allah berikan kepada pemikulnya untuk melipatgandakan pahala, meraih banyak kemuliaan dan kebaikan dimata Allah. jadikanlah jabatan, amanah ini, sebagai sarana memudahkan terciptannya semangat kebersamaan dalam kebaikan. Karena bagi yang menyeru kepada kebaikan, adalah pahala yang sama seperti pahala pelakunya.
Ketiga, Ajaklah sebanyak mungkin orang ke syurga, jadikan diri ini tiket ke syurga bagi yang kita cintai.
Jadilah suami itu tiket buat istrinya menuju syurga begitu pula sebaliknya.Jadilah anak sebagai tiket ke syurga bagi orang tuanya, demikian pula orang tuanya. Jadilah seorang tetangga menjadi tiket buat tetangganya menuju syurga. Jadilah majikan yang menjadi tiket ke syurga untuk pembantunya, demikian pula sebaliknya. Penguasa kepada rakyatnya begitu pula sebaliknya.
Keempat, Jangan merasa paling berjasa, Sisihkan dan sikapi perbedaan, rubah menjadi unsur penguat kebersamaan.
Demikian khutbah jum`at ini semoga dapat menggugah semangat kebersamaan kita dalam mengisi kehidupan ini dengan penuh kebaikan yang akan mengantarkan kepada kehidupan yang baik di akherat kelak.Wallahu A`lam
0 comments:
Posting Komentar